oleh Dzakira Mumtaza
Salah satu sistem usaha tani yang dapat
mendukung pembangunan pertanian di wilayah pedesaan adalah sistem integrasi
tanaman ternak. Pola integrasi antara tanaman dan ternak
atau yang sering disebut dengan pertanian terpadu adalah memadukan antara
kegiatan peternakan dan pertanian. Ciri utama dari pengintegrasian tanaman dengan
ternak adalah terdapatnya keterkaitan yang saling menguntungkan antara tanaman
dengan ternak. Keterkaitan tersebut terlihat dari pembagian lahan yang saling
terpadu dan pemanfaatan limbah dari masing masing komponen.
Saling keterkaitan berbagai komponen sistem
integrasi dapat menjadi pemicu dalam mendorong pertumbuhan pendapatan
masyarakat tani dan pertumbuhan ekonomi wilayah yang berkelanjutan. Kelebihan
dari adanya pemanfaatan limbah adalah disamping mampu meningkatkan ketahanan
pakan khususnya pada musim kering juga mampu menghemat tenaga kerja dalam
kegiatan mencari rumput, sehingga memberi peluang bagi petani untuk meningkatkan
jumlah skala pemeliharaan ternak.
Tanaman yang
diintegrasikan dengan ternak sapi mampu memanfaatkan produk ikutan dan
produk samping tanaman (sisa-sisa hasil tanaman) untuk pakan ternak dan
sebaliknya ternak sapi dapat menyediakan bahan baku pupuk organik sebagai
sumber hara yang dibutuhkan tanaman. Sejalan dengan program pemerintah dalam
peningkatan populasi dan produksi ternak sapi yaitu melalui program-program
bantuan pengadaan bibit sapi maka hal ini sangat baik untuk penerapan integrasi
ternak sapi dalam usaha tani tanaman.
Integrasi
Tanaman Padi dengan Ternak Sapi
Usaha pemeliharaan
ternak sapi dalam suatu kawasan persawahan dapat memanfaatkan secara optimal
sumberdaya lokal dan produk samping tanaman padi. Pola pengembangan ini dikenal
dengan sistem integrasi padi ternak (SIPT). Program SIPT merupakan salah satu
alternatif dalam meningkatkan produksi padi, daging, susu, dan sekaligus
meningkatkan pendapatan petani (Hayanto B, et.al., 2002). Pelaksanaan SIPT
dilaksanakan melalui penerapan teknologi pengolahan hasil samping tanaman padi
seperti jerami padi dan hasil ikutan berupa dedak padi yang dapat dimanfaatkan
oleh ternak sapi sebagai pakan sapi. Sedangkan kotoran ternak sapi dimanfaatkan
sebagai sumber bahan baku pupuk organik yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kesuburan tanah di areal persawahan. Produk samping tanaman padi berupa jerami
mempunyai potensi yang cukup besar dalam menunjang ketersediaan pakan ternak.
Produksi jerami padi dapat tersedia dalam jumlah yang cukup besar rata-rata 4
ton/ha dan setelah melewati proses fermentasi dapat menyediakan bahan pakan
untuk sapi sebanyak 2 ekor/tahun. Untuk dapat dimanfaatkan secara optimal agar
disukai ternak maka sebelum diberikan pada ternak dilakukan pencacahan,
fermentasi ataupun amoniasi. Jerami padi yang telah difermentasi siap untuk
digunakan sebagai bahan dasar untuk pakan sapi namun dapat ditambahkan dengan
bahan pakan lainnya secara bersama-sama seperti hijauan legum (lamtoro,
kaliandra, turi) yang dibudidayakan di areal pematang atau pagar kebun.
Pemberian jerami disesuaikan dengan ukuran tubuh sapi. Sapi dewasa umumnya
diberikan sejumlah 20 – 30 kg jerami per hari dan dipercikkan air garam untuk
menambah nafsu makan. Penambahan bahan pakan lain seperti dedak padi atau
hijauan legum dapat disesuaikan dengan ketersediaan bahan di
lokasi. Kotoran sapi berupa feses, urine dan sisa
pakan dapat diolah menjadi pupuk organik padat dan cair untuk dimanfaatkan di
areal persawahan sedangkan sisanya dapat dijual untuk menambah pendapatan petani.
Seekor sapi dapat menghasilkan kotoran sebanyak 8 – 10 kg setiap hari, urine 7
– 8 liter setiap hari dan bila diproses menjadi pupuk organik (padat dan cair)
dapat menghasilkan 4 – 5 kg pupuk. Dengan demikian satu ekor sapi dapat
menghasilkan sekitar 7,3 – 11 ton pupuk organik per tahun, sementara penggunaan
pupuk organik pada lahan persawahan adalah 2 ton/ha untuk setiap kali tanam
sehingga potensi pupuk organik yang ada dapat menunjang kebutuhan pupuk organik
untuk 1,8 – 2,7 hektar dengan dua kali tanam dalam setahun.
Integrasi
Tanaman Jagung dengan Ternak Sapi
Tanaman
jagung setelah produk utamanya dipanen hasil ikutan tanaman jagung berupa daun,
batang dan tongkol sebelum atau sesudah melalui proses pengolahan dapat
dimanfaatkan sebagai sumber bahan pakan ternak alternatif. Jumlah produk ikutan
jagung dapat diperoleh dari satuan luas tanaman jagung antara 2,5 – 3,4 ton
bahan kering per hektar yang mampu menyediakan bahan baku sumber
serat/pengganti hijauan untuk 1 satuan ternak (bobot hidup setara 250 kg dengan
konsumsi pakan kering 3 % bobot hidup) dalam setahun. Produk ikutan tanaman
jagung sebelum digunakan sebagai bahan baku pakan dapat diolah menjadi silase
baik dengan atau tanpa proses fermentasi dan amoniasi. Pemberian dalam bentuk
segar atau sudah diolah disarankan sebaiknya dipotong-potong atau dicacah
terlebih dahulu agar lebih memudahkan ternak dalam mengkonsumsi. Agar ternak
lebih menyukai dapat ditambahkan molases atau air garam.
Kotoran ternak yang telah diproses dapat dipergunakan sebagai sumber energi
(biogas) dan pupuk organik yang dapat digunakan untuk memperbaiki struktur
tanah pada lahan tanaman jagung.
Integrasi Tanaman Sayur dengan Ternak Sapi
Keterpaduan usaha
ternak sapi dengan tanaman sayur-sayuran merupakan salah satu upaya pemanfaatan
produk samping/ikutan yang dipelihara di kawasan sayur-sayuran atau
memanfaatkan sisa-sisa sayuran yang sudah afkir dan tidak layak dipasarkan yang
dapat digunakan sebagai pakan ternak sapi. Namun pemanfaatan limbah sayuran sebagai
pakan ternak tidak dapat diharapkan banyak karena limbah sayuran potensinya
sangat sedikit. Oleh karena itu pola keterpaduan antara ternak sapi dengan
areal tanaman sayur-sayuran dapat dilakukan secara terpisah antara ternak dan
areal tanaman sayuran atau merupakan satu kesatuan. Agar tidak mengganggu
tanaman sayuran maka ternak sapi harus dikandangkan. Untuk memanfaatkan
sisa-sisa rumput dari pembersihan tanaman, sisa sayuran dan kotoran ternak sapi
dibuat kompos dan pupuk organik. Hasil pembuatan pupuk kompos maupun pupuk
kandang diperlukan untuk tanaman sayuran dalam rangka peningkatan produksi
maupun mengurangi ketergantungan pupuk buatan. Manfaat yang diperoleh bagi
ternak sapi lebih ditujukan pada pemanfaatan hijauan yang ditanam pada areal tanaman
sayuran sebagai tanaman penguat teras dan sebagai tanaman pelindung. Dalam
rangka penyediaan pakan hijauan ternak dilakukan dengan pola tiga strata yaitu
tanaman sayuran, rerumputan dan tanaman legum.
Integrasi Tanaman Buah dengan Ternak Sapi
Pengembangan ternak
sapi pada areal tanaman buah-buahan yaitu memanfaatkan lahan yang berada di
antara tanaman buah-buahan sebagai areal penanaman rumput untuk pakan ternak.
Sementara ternaknya dikandangkan di areal tanaman buah-buahan dan rumput yang
dihasilkan di areal tanaman buah-buahan dipotong dan dibawa ke kandang sebagai
pakan ternak. Selain itu di areal tanaman buah-buahan yang cukup luas dapat
dikembangkan sebagai ladang penggembalaan ternak (ternak diikat pada kawasan
tertentu) namun harus diawasi agar ternak tidak merusak tanaman buah-buahan
yang ada. Keuntungan dari keterpaduan ini adalah tanaman buah-buahan dapat
terawat, dihasilkan beragam produk, tersedia pakan ternak dan pupuk organik
untuk kesuburan serta konservasi sumber daya alam. Tanaman buah-buahan yang
dapat diintegrasikan dengan ternak sapi diantaranya nanas dan pisang.
Pengembangan pola
integrasi ternak tanaman-ternak memerlukan kerja sama antara petani, peternak
dan pemerintah. Kebijakan pemerintah untuk mendorong pengembangan sistem integrasi
tanaman-ternak dapat berupa strategi agresif dan diversifikatif. Pemerintah
juga perlu memberikan bantuan modal, penyuluhan, pelatihan, dan introduksi
tanaman hijauan pakan unggul yang dapat ditanam di antara pohon kelapa maupun
lahan terbuka. Pengembangan integrasi tanaman dan ternak dapat dilakukan
melalui pendekatan kelompok. Cara ini dapat memudahkan pemerintah dalam
memberikan penyuluhan dan pelatihan selain mengintensifkan komunikasi di antara
anggota kelompok maupun antara anggota kelompok dan pemerintah.
Dzakira Mumtaza
14/364268/PN/13571
Oleh Arinda Dwi Yonida (13857) :
BalasHapusNilai berita yang terkandung:
1. Proximity
Dalam sistem usaha tani ini dapat membangun pertanian dan meningkatkan kesejahteraan petani tersebut.
2. Importance
Sistem usaha tani tersebut sangat dibutuhkan oleh petani karena dapat meningkatkan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi.
3. Policy
Sistem usaha tani tersebut sejalan dengan program pemerintah dalam peningkatan populasi dan produksi ternak sapi yaitu melalui program-program bantuan pengadaan bibit sapi.
4. Consequence
Kebijakan dan program yang dilakukan pemerintah sangat baik untuk penerapan integrasi ternak sapi dalam usaha tani tanaman.
Nilai penyuluhan yang terkandung :
1. Adanya sumber ide, yaitu memadukan antara kegiatan peternakan dan pertanian.
2. Adanya sasaran, yaitu petani yang memiliki tanaman pertanian dan peternakan.
3. Adanya manfaat, yaitu terdapatnya keterkaitan yang saling menguntungkan antara tanaman dengan ternak, dan saling keterkaitan berbagai komponen sistem integrasi ini dapat menjadi pemicu dalam mendorong pertumbuhan pendapatan masyarakat tani dan pertumbuhan ekonomi wilayah yang berkelanjutan
4. Adanya nilai pendidikan, yaitu tanaman yang diintegrasikan dengan ternak sapi mampu memanfaatkan produk ikutan dan produk samping tanaman (sisa-sisa hasil tanaman) untuk pakan ternak dan sebaliknya ternak sapi dapat menyediakan bahan baku pupuk organik sebagai sumber hara yang dibutuhkan tanaman dan sistem ini sangat bermanfaat bagi petani dan harus lebih dikembangkan lagi.